Banyak orang yang masih menganggap sukses dalam pekerjaan hanya bisa dicapai jika menjadi karyawan kantoran, atau jadi pegawai negeri. Pada episode Kick Andy kali ini kami akan menghadirkan sejumlah orang muda yang memilih berhenti jadi karyawan dan sukses merintis bisnis mereka sendiri.
Salah satunya adalah Rangga Umara. Pria yang baru berusia 32 tahun itu telah sukses membuka rumah makan pecel lele yang diberi nama Pecel Lele Lela. Rangga yang awalnya adalah karyawan kantoran selalu gelisah karena gajinya yang tiga koma. “Ya, gaji saya tiga koma, alias tanggal tiga kantong sudah koma,” ujarnya tertawa. Dari situlah kemudian ia memutar otak untuk membuka usaha makanan. Ia sengaja memilih membuka restoran makanan dengan menu ikan lele, karena sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dengan kemasan yang menarik, bisnis Rangga perlahan dan pasti berkembang. Kini ia telah membuka 42 cabang restoran pecel lele Lela yang tersebar di wilayah Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Palembang, Purwokerto dan Tangerang. Rangga mempunyai obsesi akan membuka cabang di kota Mekkah. “Impian saya agar pecel lele makin mendunia,” kata Rangga.
Sementara itu apa yang dilakukan Dewanto Purnomo sungguh unik. Dengan alasan ingin selalu berada di dekat anaknya yang menderita autis, ia terpaksa meninggalkan pekerjaanya di salah satu BUMN. Impian Dewanto sangat sederhana yaitu dengan menjual boneka. Jalan pikiran pria berusia 40 tahun itu cukup sederhana.Menurutnya selama masih ada orang yang melahirkan anak, disitu pasti ada peluang yaitu membutuhkan boneka. Dan, ternyata Dewanto tidak salah. Kebutuhan boneka di Indonesia sangat besar mengingat angka kelahiran bayi di Indonesia ternyata sangat tinggi.
Sementara bagi Mohamad Rosihan, kejelian membaca peluang adalah kunci sukses dalam membuka usaha. Pria berusia 39 tahun lulusan ITB jurusan Geodesi itu membuka toko baju muslim di kota kelahirannya di Jombang, Jawa Timur. Tokonya didesain sangat unik dan menarik layaknya beberapa distro yang menjamur di kota Bandung, Jawa Barat. Berawal dari satu toko ini, Rosihan yang dulunya bekerja sebagai konsultan itu kemudian membuka beberapa cabang di sejumlah daerah. Dan menurut pengakuannya, baju-baju muslimnya telah di ekspor ke sejumlah negara.
Sementara keinginan terjun ke dunia bisnis bagi Saptuari Sugiharjo muncul sejak duduk di bangku kuliah di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Walau setelah lulus dari UGM sudah mendapat pekerjaan di beberapa perusahaan, namun hatinya tetap ingin jadi pengusaha. Saptu, demikian pria ini biasa disapa, bermodalkan ide dan kreativitas kemudian mendirikan sebuah kedai digital. Bisnis Saptu adalah membuat dan mencetak pernak-pernik berupa mug, gantungan kunci dan lain-lain sebagai souvenir. Bisnisnya semakin berkembang seiring banyaknya permintaan untuk souvenir perkawinan dan acara perkantoran. “Permintaan pernak-pernik sekarang makin berkembang mengingat banyaknya orang yang “narsis”, ujar Sabtu tertawa yang dengan senang hati melayani pesanan beberapa remaja untuk mencetak foto mereka di sehelai kaos dan mug. Kini selain sukses sebagai pengusaha kedai digital, Sabtuari juga sukses sebagai motivator.
Sumber : www.KickAndy.com
=======================================================
Mantan Karyawan BUMN Jualan Boneka di Internet
TIDAK semua orang berani memutuskan keluar dari pekerjaan yang telah sekian lama ditekuni dan menghasilkan kenyamanan dari gaji tetap, untuk sepenuhnya berwirausaha.
Langkah berani itulah yang dibutuhkan untuk menghasilkan kesuksesan sebagai seorang pengusaha. Langkah kurang populer itu pula yang diambil oleh Dewanto Purnomo, yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya di sebuah perusahaan badan usaha milik negara (BUMN), kemudian memulai bisnis menjual boneka melalui internet.
Sebagaimana pengusaha cerdas lain, langkah berani yang diambil Dewanto bukannya tanpa dasar. Sejak dua tahun lalu bapak tiga anak ini telah mencoba memahami seluk beluk bisnis yang akan digelutinya ini. Beberapa website khusus penjualan boneka bahkan telah dikembangkan oleh Dewanto, di antaranya bonekalucu.com, bonekabesar.com, serta bonekabear.com.
“Responsnya cukup besar. Sebagian besar dari daerah Kalimantan,” ujarnya kepada SINDO beberapa waktu lalu. Awal Dewanto memulai usaha ini adalah ketika melihat seorang rekan mengalami kesulitan memasarkan boneka yang diproduksinya. Dewanto, yang sejak awal telah mengetahui berbagai keunggulan internet, kemudian mencoba membantu rekannya itu dengan membuat website.
“Saat itu saya melihat ada peluang usaha yang bisa dimasuki.Kemudian memutuskan untuk berkecimpung dalam bisnis ini.Tentu saja saat itu hanya sebagai usaha sampingan,” paparnya. Ternyata, animo masyarakat terhadap website yang dikembangkan pria yang memiliki hobi membaca ini cukup besar.
Belakangan Dewanto baru menyadari banyaknya masyarakat yang menggunakan mesin pencari di dunia maya untuk membeli boneka secara online. Hal itu makin diyakininya setelah dia mengenal beberapa rekan bisnis yang juga memiliki strategi penjualan via internet. Dengan modal awal Rp15 juta, mulailah pria kelahiran 1971 itu mendatangi sejumlah produsen boneka terbesar di Indonesia yang berada di Bekasi, untuk menjadi penghubung antara produsen dan pembeli.
Semakin lama langkah itu semakin memantapkannya menggeluti bisnis boneka. Hampir semua jenis boneka dijual Dewanto.Target pasarnya adalah eceran dan grosir. Terkadang ada juga konsumen yang mencari boneka untuk kebutuhanpromosi. Biasanya yang membutuhkan boneka untuk kebutuhan promosi adalah perusahaan, yang umumnya memesan dengan jumlah banyak.
Karena masih memiliki keterbatasan sumber daya, sejumlah permintaan pembelian boneka dari korporasi dia tolak. Jika dilihat dari sisi keuntungan, penjualan eceran dan grosir relatif lebih menguntungkan daripada kepada perusahaan. Ini karena perusahaan lebih banyak meminta diskon akibat dana promosi telah dianggarkan sebelumnya. “Selain itu, waktu pemesanannya pun kadang sangat mepet,” katanya.
Kendati begitu, Dewanto mengaku tetap menerima permintaan pembelian boneka dari korporasi. Bahkan bersama beberapa rekan Dewanto berencana membuka gerai di sejumlah daerah untuk menjual boneka dan mainan anak. Kehadiran gerai tersebut bisa memenuhi permintaan dari sejumlah perusahaan yang hendak memesan boneka.
Untuk permintaan grosir atau eceran, sebagian besar konsumen yang membeli boneka melalui Dewanto berasal dari luar Pulau Jawa. Hal itu sesuai dengan karakteristik penjualan lewat online yang sebagian besar adalah masyarakat yang membutuhkan dan secara material mampu, tapi memiliki keterbatasan ruang dan waktu.
“Saya pernah dikontak oleh konsumen yang bekerja di Freeport, Papua. Konsumen ini ingin memberikan hadiah ulang tahun kepada anaknya yang berada di Medan. Mereka punya uang, tapi tidak bisa keluar untuk membeli boneka. Maka mereka pun mencari penjual boneka di internet dan meminta mengirimkan boneka itu ke Medan,” paparnya.
Karena permintaan terus bertambah banyak, akhirnya Dewanto memutuskan untuk menambah mitra pemasok dan pabrik pembuatan boneka. Setidaknya sudah ada 12 mitra Dewanto yang siap menyuplai jenis boneka apa pun. Apalagi, setiap bulan ada saja permintaan boneka yang spesifik dan hanya bisa dipenuhi oleh pemasok atau pabrik tertentu.
Hanya dalam tiga bulan setelah memulai usaha modal awal Dewanto sebesar Rp15 juta sudah kembali dan sekarang dia telah menjual 15 kategori boneka. Dari boneka karakter hingga jenis bantal. Menurut dia, boneka beruang berbagai ukuran merupakan boneka yang paling banyak dicari.
Lantaran lama berjualan boneka, Dewanto mengaku cukup tahu ciri boneka berkualitas. Menurut dia, boneka bermutu bagus memiliki ciri spesifik, di antaranya bentuknya akan segera kembali normal jika dipencet dengan tangan. Penjualan boneka pun dipengaruhi tren. “Misalnya, boneka berwarna merah laris pada Tahun Baru China, warna merah muda laku pada Hari Valentine. Kalau sekarang sedang tren warna ungu dan hijau. Tapi secara umum konsumen banyak mencari boneka berwarna cokelat,” paparnya.
Dewanto mengaku awalnya juga bingung karena banyaknya jenis boneka. “Tapi ternyata ada juga pelanggan fanatik yang membeli boneka jenis tertentu. Tapi paling banyak adalah boneka beruang dari berbagai ukuran. Ini best seller dari produk kami. Biasanya per bulan bisa lima sampai 10 boneka jenis ini yang keluar,” tuturnya.
Soal harga tentu bervariasi. Ada yang murah, ada pula boneka yang harganya di atas Rp700 ribu per buah. Seiring berjalannya waktu, Dewanto mengaku permintaan pasar terus meningkat. Kini Dewanto sedang mengupayakan agar usahanya bisa diwaralabakan. Untuk merealisasikannya dia tengah menjalin kerja sama dengan rekannya membuat konsep waralaba.
Meski saat ini usaha sudah terbilang sukses, ternyata pada awalnya mendapat tentangan dari keluarga. Dewanto menuturkan bahwa setiap pilihan yang diambil pasti memiliki konsekuensi. Hal itu disadari oleh Dewanto saat memilih mengundurkan diri dari tempatnya bekerja di sebuah BUMN.
Dia memilih untuk serius menekuni bisnis penjualan boneka online. “Sebenarnya tidak diizinkan keluarga, termasuk istri. Tapi saya sudah bisa meyakinkan mereka bahwa rezeki itu tidak hanya datang dari kantor,” kenang Dewanto saat memulai usaha. Dia mengaku bahwa langkah itu harus diambilnya agar hasil yang diperolehnya maksimal.
Selama dua tahun terakhir dia sering menggunakan waktu di sela-sela pekerjaan rutinnya untuk menjalankan bisnis ini. Pada suatu titik, dia mengaku tindakannya itu tidak adil terhadap perusahaan sehingga memilih untuk mengundurkan diri dan mantap menjalankan usaha bisnis boneka online.
“Apalagi saya sempat menerima surat peringatan (SP) dari atasan.Saya selalu ikhlas ketika dapat SP, karena memang sering telat kalau ordernya lagi banyak.Saya juga kerap minta izin,” katanya. Kini dia mengaku sangat optimistis dengan usaha yang dijalankan. Apalagi sekarang omzet bulanan usahanya telah mencapai puluhan juta.
Bahkan di masa datang dia yakin konsumen akan semakin menyadari berbagai keunggulan dengan membeli barang via internet. Dia yakin pula, ke depan akan semakin banyak orang yang terjun ke dunia pemasaran via internet. Dewanto tak segan membagi tips untuk mereka yang baru mau berkecimpung di bisnis ini.
Menurut dia,ada baiknya pemula terlebih dulu riset pasar melalui internet, di antaranya lewat situs researchinternet.com yang akan memandu jenis barang apa yang paling banyak dicari konsumen. “Setelah itu hubungi produsen atau distributor agar bisa memperoleh barang contoh yang diinginkan dengan harga lebih murah.
Lalu buat web sederhana,tapi yang bisa menunjang aktivitas pemasaran. Untuk kebutuhan itu semua, setidaknya diperlukan dana awal berkisar Rp5 juta- Rp10 juta,” ujarnya. Dewanto yakin orang akan beruntung jika memiliki kesempatan dan kesiapan. “Kesiapannya, kita punya produk. Kesempatannya ya peluang bisnis boneka online yang masih sangat besar,” tuturnya. (hermansah) (Koran SI/Koran SI/and)